Popular posts

Ave Ry On 15 September 2013


“Ma Allah ma…” 

Kuredam isakan yang membumbung dikepala. Aku memampukan diri untuk menguasai hati disaat adik dan kakak sepupuku terisak jerit, mengucap istighfar. 

“Mana kakak, mama mau ketemu kakak” 

“Iya ma nanti ketemu kakak. Tapi mama sembuh dulu” 

Semakin tak kuasa saat mata ibuku nyalang, entah apa yang dilihatnya, kemudian menangis.. 

“Mama capek, mau istirahat. Itu emak, bapak sama umi…” 

Semakin menjadi panik kami bertiga, dan si kecil Savira yang tidak mengerti apa-apa hanya diam memaku, karena ketiga nama yang disebutkan ibuku sudah meninggal bertahun lalu. 

“Allah ma… Allah… Allahu Akbar… Asyhadu ala ila ha ilallah…” 

Dalam gumamku yang teredam aku tidak ingin beranjak sekejap jua dari telinganya. Kubisikan berulang kali, kata yang sama “Allah” 

Disaat aku tak mampu berpikir, kata-kata yang kukeluarkan justru mampu menjadi penopang kuatku. Matakupun tak beranjak memperhatikan bibir ibuku. Dan takkan kubiarkan satu hela dari ucapan selain “Allah…” 

“Ya Rabbi… Anta Syafii… Syafakillaha…” 

Sungguh saat itu aku tak mampu menggunakan pikir selain melantunkan permohonan yang sangat kepada Rabb Yang Maha Baik. Aku tak pernah kecewa dalam berdoa kepada-Nya, dan kali ini pun aku menggantungkan harap hanya kepada-Nya

Setahuku, ya, walau sedikit yang kutahu… dalam keadaan seperti saat itu adalah saat dimana malaikat maut bertamu. Disaat seseorang tak sadarkan diri, matanya memperhatikan langit-langit dan menyebutkan nama-nama yang telah tiada lantas berkata, “Capek, ingin istirahat, ingin pulang”. 

Maka dari itu dengan segenap kekuatan yang kupunya aku bertalqin untuk ibuku, aku ingin mengantarkan ibuku ke surga-Nya 

Tapi hati kecilku terus meraung, “Ya Rabbi apakah Engkau akan menjadikan aku anak yang tak berbakti? Aku belum pernah membalas budi kepada ibuku, aku belum mampu membahagiakannya. Aku belum mampu meluluskan inginnya.” 

Menit berlalu bagaikan berbulan, letih kedua mataku tak berbilang. Dan ternyata, seperti selalu, Rabbku Maha Baik, IA menerima permohonanku. Menit berikutnya aku masih diberi kesempatan, ibuku sadar… 

“Yaa Rabbi… Anta Syafii… Syafakillaha…”

Kami pun segera membawanya ke RSCM. Memori buruk tentang RSCM tidak pun kami risaukan. 

Aku tahu tidak sebanyak yang dokter tahu. Tapi aku tahu lebih banyak dari pada saudara-saudaraku. Bahwa penyakit ini… ah, sudahlah, aku bahkan tidak mampu untuk sekadar merisau. 

Yang kutahu bahwa DIA, Rabb Yang Maha Sempurna, telah memberikan kesempatan kedua kepada ibuku, padaku, pada kami. Pada ibuku agar lebih banyak dosa yang digugurkan-Nya, padaku untuk berbuat lebih, dan pada kami agar semakin erat menyatu dalam asa yang sama, kesembuhan ibuku. 

 “Ma, you deserve better than we give”, so do not ever and never say, “Mama nyusahin kalian ya?” 

Karena Mama tidak pernah menyusahkan kami, tapi kami yang selalu menyusahkan Mama. 

Dan aku mohon, bersabarlah… 

Allah tidak pernah berkehendak untuk menyakitimu, karena hatimu begitu mulia. Jikalau usiamu sudah tertera habis sejak kemarin, maka aku yakin DIA memberikan ‘bonus’ atas panjangnya tali silaturahim yang kau ulurkan. ‘bonus’ atas qonaahmu terhadap dunia, ‘bonus’ atas sabarmu dalam uji-Nya. 

“Ya Rabbi, mungkin tinta ini adalah seburuk-buruk warna. Tapi melalui tinta ini aku hendak mengetuk pintu-Mu. Karena kemana lagi hendak ku mengetuk selain pintu-Mu saja, yang selalu terbuka. Seperti pintaku dulu-dulu. Masih aku meminta agar Engkau memampukan aku agar menjadi seorang manusia yang tahu membalas budi, dan sebaik-baik budi yang pernah sampai padaku adalah melalui ibuku. Aku mencitakan untuk menggamit lengannya, memandunya untuk bertalbiyah, bersama-sama mengunjungi Rumah-Mu Yang Mulia di dunia. Sampaikan kami Ya Rabb, sampaikan kami. Rinduku menggenang untuk memenuhi seruan para nabi mulia terdahulu. Labbaik… labbaik…” 

"Syafakillah syifaan ajilan, syifaan la yughadiru ba'dahu saqaman"

{ 3 komentar... read them below or Comment }

  1. Bismillah...semoga Allah menyembuhknmu secepatnya dengan kesembuhan yang tiada sakit selepasnya-------selain doa, juga menjadi penyemangat bagi yang didera sakit untuk sehat kembali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. AAMIIN
      turut mendoakan juga ukht, smoga benar2 jalan terbaik adalah jalan kesembuhan dan ketabahan.
      sabar ya ukht...

      Hapus
  2. Shafakillah... salam utk ibunda tercinta, semoga beliau diberi kekuatan dan kesabaran atas ujian sakit yang tengah dihadapi dan smoga ukhti sekeluarga yg mendampingipun diberikan hati yang tabah, kuat dan sabar. Hanya bait bait do'a yang dapat dipersembahkan diantara jarak ukhuwah yang terentang ini.
    Dan semua yang telah, tengah dan akan terjadi adl atas petunjuk dan kehendakNya, DIA sang khaliq.. sebaik-baik pembuat rencana. Yakin, semua adalah jalan terbaik yang tengah DIA rancang untuk kehidupan ukhti sekeluarga. Bismillahi tawakaltu 'alallahi... Laahaula walaa quwwata illabillah...

    BalasHapus